Sosok yang sudah mulai memiliki kerut di
wajahnya itu adalah orang yang sangat penting bagiku. Dia mengandung selama 9
bulan lebih, dia melahirkanku dan merawat aku hingga sekarang. Dia sosok luar
biasa untukku. Mamah, itulah panggilanku untuk dia. Entahlah, sudahkah aku bisa
membanggakan dan membahagiakannya atau mungkin malah sebaliknya.
17 tahun sudah aku menjadi seorang anak.
Aku merasa masih banyak kesalahan yang aku lakukan terhadap ibuku. Kata-kata
kasar mungkin pernah aku lontarkan. Tetapi dia tetap sabar menghadapiku.
Sungguh jika aku sudah melakukan hal tersebut maka ada rasa bersalah yang
sangat besar menghinggapiku. Aku tahu tak seharusnya aku menyakitinya karena
dia ibuku. Lagi pula aku tahu jika ada satu kata yang baik atau tidak baik
keluar dari mulutnya itu akan menjadi doa bagiku. Oleh karena itu, aku sangat
tidak ingin itu terjadi. Ingin sekali aku tidak menyakiti beliau lagi.
Aku melewati hari demi hari ulangan itu
dan sampai pada hari dimana hasil kerja kerasku saat ulangan di beritahukan
dalam sebuah buku, yang biasa disebut rapor. Awalnya aku biasa saja, aku
ikhlas dengan semua hasil yang akan aku dapatkan nanti. Jika aku tidak
mendapatkan peringkat pun tidak apa-apa. Setidaknya aku telah berusaha untuk
mengerjakan dengan kemampuanku dan sebaik-baiknya.
Tuhan memang adil kawan, Dia Maha Melihat
dan juga Maha Mengetahui setiap usaha yang dilakukan hamba-Nya. Aku masuk
peringkat tiga besar. Ya, itu hal yang sangat menggembirakan bagiku, dan
tentunya keluargaku. Itu juga termasuk pencapaian luar biasa, dimana aku yang
tadinya biasa saja, tetapi dengan usaha yang aku lakukan dan doa dari
orang-orang yang kusayang, khususnya ibuku aku dapat meraihnya.
Tidak hanya itu ceritaku tentang doa dan
kerja keras. Saat aku akan melanjutkan pendidikanku ke Sekolah Menengah Atas
(SMA) pun itu berulang. Beberapa sekolah sudah membuka pendaftaran. Aku pun
mencoba mendaftar ke beberapa sekolah favorit di kotaku, lebih tepatnya sih dua
sekolah saja. Awalnya aku mendaftar hanya ingin coba-coba karena teman-temanku
banyak yang mendaftar ke sekolah itu. Jujur, aku tidak peduli apakah aku lulus
dan dapat bersekolah disana. Aku sangat pesimis saat itu, terlebih saat
mengetahui yang mendaftar disana adalah anak-anak yang sering menjadi bintang
kelas dan sering mewakili sekolah mereka masing-masing untuk mengikuti
kejuaraan.
Tes masuk sekolah di depan mata.
Saat itu aku belajar, tetapi miris memang karena aku tak tahu sebenarnya apa
yang aku pelajari. Aku merasa jika aku hanya belajar saja itu tak cukup. Aku
pun sebagai seorang muslim melaksanakan kewajibanku, yakni shalat. Setalah
shalat, tak lupa pula aku berdoa. Aku juga meminta untuk di doakan oleh kedua
orangtuaku, khususnya ibu. Aku berharap tes nanti akan berjalan lancar dan
sesuai harapanku.
Tes pun aku lakukan. Dan seminggu setelah
itu pengumuman. Sungguh ini sangat diluar dugaan. Ya, aku mendapatkan apa yang
aku inginkan, aku diterima di dua sekolah favorit di kotaku. Subhanallah, aku
yakin semuanya ini pasti ada campur tangan Tuhan, orangtuaku dan yang pasti
setiap usaha pasti akan mendapatkan imbalan sesuai usaha yang sudah dilakukan.
Percayalah kawan tak ada yang mustahil di dunia ini jika kita
bersungguh-sungguh dan bekerja keras.
Orangtua adalah sosok yang tak mungkin ku
lupakan. Untuk semua kasih sayang dan semua waktu yang mereka berikan kepadaku
juga doa yang mereka panjatkan, terutama doa Ibu yang tak ternilai harganya.
Maka jika aku sukses kelak merekalah salah satu yang berjasa atas semua yang
ada pada perjalanan hidupku.
0 komentar:
Posting Komentar